Jakarta (ANTARA GORONTALO) - Pesawat terbaru buatan PT Dirgantara Indonesia
(DI), yaitu tipe CN-245 ditargetkan mulai terbang pada 2018 mendatang.
Direktur PT DI Budi Santoso saat ditemui di Kementerian Badan Usaha
Milik Negara, Jakarta, Selasa, mengatakan saat ini tengah masih dalam
tahap desain.
"Masih dalam desain, jadi Insya Allah kita mulai karena ini pesawat
derivatif (turunan) dari CN-235, jadi bukan pesawat baru 80 persen
komponen sama dengan CN 235 dan 295. Jadi, kita targetkan 2018 sudah
bisa terbang," kata Budi.
Budi mengatakan target pembuatan pesawat tersebut bisa dikejar pada
2018 karena dinilai tidak seberat dalam pembuatan pesawat N 219.
"Kalau 219 itu buat semua baru, kalau 245 kita buat ekornya saja,
jadi yang lain sama, sertifikasinya sama melanjutkan yang 235," katanya.
Saat ini, ia mengatakan pihaknya tengah mengurus sertifikasi yang
dibantu oleh perusahaan manufaktur pesawat yang bermarkasi di Toulouse,
Prancis melalui kerja sama.
Budi menngatakan hal itu dilakukan untuk mempercepat proses sertifikasi pesawat di bawah tipe ATR 72 tersebut.
"Kalau kita ingin mensertifikasi produk, katakanlah ke EASA atau FAA (Federal Aviation Administration), kalau kita apply (mengajukan) langsung, maka dapat urututan paling buntut (akhir)," katanya.
Ia mengatakan Airbus mendukung proyek ini karena akan melengkapi seri sebelumnya, yaitu CN 235 dan CN 295.
"Insya Allah akan cepat prosesnya karena ini bukan pesawat baru, 80 persen komponennya sudah ada di kita," katanya.
Meskipun dalam proses sertifikasi dibantu oleh Airbus, Budi menegaskan ide dan desain murni hasil karya anak negeri.
Dia mengatakan CN-245 merupakan pesawat kecil untuk daerah komersil
yang jika dikembangkan bisa berkapasitas bisa 30-50 penumpang seiring
dengan perkembangan teknologi yang semula hanya 10-12 penumpang.
Saat ini, Budi menuturkan pesawat-pesawatnya sebagian besar dibeli
untuk keperluan pemerintahan dibandingkan dengan swasta, porsinya masih
90:10 persen.
"Kalau untuk keperluan pemerintahan itu biasanya (mempertimbangkan) performance (kegunaan) paling penting, tapi kalau swasta itu harga paling penting," katanya.
Selain itu, lanjut dia, negara-negara yang paling banyak memesan
pesawat-pesawat PT DI tersebut, yaitu dari Timur Tengah dan Afrika.
"Itu pasar-pasar baru karena bisa dibilang dulu Afrika belum bisa
beli pesawat baru, sekarang sudah bisa. Timur Tengah juga kita harapkan
enggak ada masalah," katanya.
Budi mengatakan salah satu kelebihan dari pesawat yang
diproduksinya, yaitu bisa dimodifikasi sesuai pesanan, terutama untuk
VVIP.
"VVIP juga bisa dua versi, bisa dipakai penumpang biasa, bisa dipakai medical (medis), jadi satu pesawat dengan berbagai konfigurasi seperti ini, kalau pabrik besar kan sudah malas mengerjakannya," katanya.
Dirgantara Indonesia targetkan pesawat terbaru CN-245 terbang 2018
Selasa, 24 Januari 2017 18:01 WIB
![Dirgantara Indonesia targetkan pesawat terbaru CN-245 terbang 2018](https://cdn.antaranews.com/cache/1200x800/2017/01/2017012420161125217.jpg)
Pesawat CN235-220M pesanan Royal Thai Police (RTP) Thailand disiapkan di hanggar PT Dirgantara Indonesia (DI), Bandung, Jawa Barat, Jumat (25/11/2016). (ANTARA/Fahrul Jayadiputra)