(ANTARA GORONTALO) Yoseph Blikolong mengumpulkan puluhan kardus bekas di salah satu pusat perbelanjaan di Kota Kupang pada suatu sore yang cerah.
Kardus-kardus yang menumpuk di salah satu tempat sampah itu dirobek lalu dilipat kemudian ditumpuk menjadi satu tumpukan dan diikat dengan cekatan. Maklum, Pria kelahiran Lembata 30 Oktober 1959 itu sudah mulai memulung sejak tahun 2002.
"Biasanya dalam satu minggu empat kali saya kumpulkan kardus-kardus ini, sebab saya harus mengajar dan kuliah di salah satu universitas di Kupang," katanya.
Meski demikian, kesehariannya sebagai pemulung atau pengumpul kardus-kardus bekas tetap ia tekuni hingga saat ini. Dalam sehari saja ia bisa mendapatkan uang Rp100.000-Rp200.000.
Dari hasil memulungnya selama kurang lebih empat tahun, ia kemudian membangun sebuah sekolah khusus Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD).
Dia menjadikan salah satu ruangan di rumahnya menjadi kelas bagi anak-anak yang belajar dan bermain di PAUD tersebut.
Awalnya, ia mendapatkan penolakan dari anak-anak dan istrinya karena sekolah itu didirikan saat ekonomi keluarga masih jauh dari kata cukup.
"Selama kurang lebih dua tahun saya dimarah-marahin sama istri dan anak-anak saya karena saya membuka PAUD ini, tetapi saya mencoba untuk sabar selama itu," kata bapak dari enam orang anak itu.
PAUD yang ia dirikan sejak tahun 2007 dengan jumlah siswanya mencapai 60 orang perlahan-lahan berkurang menjadi 20 anak saja, karena semakin banyak PAUD yang ada di Kota Kupang.
Di sela-sela kesibukan memulung dan mengelola PAUD, ia juga berusaha menyempatkan diri untuk mengajar dan mengajak bermain anak-anak didiknya.
Perlahan, istri dan anak-anaknya mulai mengerti dan membantu Yoseph dalam mengajar anak-anak.
Untuk mengajar, dia mengangkat seorang guru dengan gaji Rp200 ribu. "Hanya sebagai rasa terima kasih, karena guru PAUD mau mengajari anak-anak dari keluarga kurang mampu tersebut," tambahnya.
Namun cibiran demi cibiran selalu ia dengar dari rumah-rumah yang ada di sekitar tempat tinggalnya.
Tetapi bagi Yoseph, ocehan dan cibiran itu menjadi penyemangatnya agar bisa terus memberikan yang terbaik bagi anak-anak kurang mampu untuk bisa bersekolah di sekolah PAUD yang dirikannya tersebut.
"Muncul lagi kemarahan dari istri saya, bahkan kali ini lebih lama karena bisa sampai satu tahunan lebih tidak saling mengobrol padahal tinggal satu rumah," ujarnya sambil tertawa malu.
Di SMP itu, ia menampung siswa dari keluarga miskin. Sejumlah anak jalanan, penjual koran, pencari besi tua, penjual keresek di pasar, hingga kondektur angkutan kota bersekolah tanpa dipungut biaya sepeser pun.
Jumlah siswa awalnya 60 anak saja yang berhasil ia tampung dan terus bertambah berjumlah 80 siswa.
Jika di PAUD hanya ada satu guru, maka di SMP tersebut terdapat sembilan tenaga pengajar, termasuk satu orang kepala sekolah. Para guru ini diberi honor Rp100.000 per bulan, sedangkan kepala sekolah Rp200.000 per bulannya.
Keseriusannya untuk membantu anak-anak kurang mampu, tidak menurutkan niatnya untuk kuliah. Tahun 2009 ia mengambil jurusan hukum di salah satu universitas swasta di Kota Kupang.
Walaupun sempat terhenti akibat kekurangan uang, akhirnya pada awal Maret 2016 ia berhasil lulus dan saat ini menyandang sarjana hukum.
"Harapan saya hanyalah bisa bekerja lebih giat lagi, dan bisa mengumpulkan uang lebih banyak untuk membeli tanah kosong untuk mendiringkan sebuah sekolah," tuturnya.
Yoseph juga ingin mendirikan sebuah sekolah di Pulau Semau, Kabupaten Kupang yang hampir 30-an anak di pulau itu tidak pernah mengenyam pendidikan dari PAUD-MA.
Bermanfaat
Meilanie, seorang ibu rumah tangga yang ditemui di PAUD saat mengantar anaknya mengaku ekonominya cukup terbantu, karena PAUD yang didirikan oleh Yoseph mengurangi beban hidupnya dalam hal kebutuhan ekonomi.
"Suami saya hanyalah seorang buruh, dan saya hanyalah tukang cuci di rumah orang, bersyukur kalau ada kerjaan kalau tidak ada tentu tidak ada pemasukan," ujarnya.
Keberadaan PAUD itu sendiri menurutnya selain memberikan manfaat belajar bagi anaknya, tetapi juga dapat membantunya untuk menghemat masalah keuangan.
Ia pun berharap agar kelak Pemerintah Kota Kupang bisa membantu Yoseph dalam menyediakan lahan kosong agar kelak bisa membangun sekolah dilahan sendiri demi pendidikan di Kota itu.
Niat tulus Yoseph dalam membangun dan memperbaiki dunia pendidikan di Kota Kupang mendapatkan apresiasi Pemerintah Nusa Tenggara Timur.
"Bagi kami Yoseph adalah orang super yang menjadi motivator bagi kami untuk terus memberikan yang terbaik bagi pendidikan di NTT ini karena dari keterbatasaannya ia mampu mendirikan dua buah sekolah bagi anak-anak dari keluarga yang tidak mampu," kata Sekretaris Dinas Pendidikan NTT Aloysius Min.
Menurutnya, untuk mencerdaskan kehidupan bangsa khususnya dalam dunia pendidikan, tidak hanya dibutuh pemerintah saja. Tetapi juga masyarakat juga perlu membantu seperti halnya yang dilakukan oleh Yoseph Blikolong.
Ia mengatakan banyak orang yang mampu mendirikan sebuah sekolah yayasan, namun sekolah yang didirikannya karena memang berasal dari orang-orang berduit tidak seperti Yoseph yang pemasukan hasil memulungnya disisihkan untuk mendirikan sekolah.
"Saya tidak bisa mendahului pemerintah kelak, Pak Yoseph akan mendapatkan penghargaan, tetapi perbuatan ini tentu akan memotivasi kami untuk terus berbuat yang terbaik bagi pendidikan di NTT khsusunya di Kota Kupang ini," tambahnya.
Data yang diperoleh dari laman resmi Dinas Pendidikan Kota Kupang, terdapat 32 sekolah swasta di kota itu, termasuk sekolah milik Yosep Blikololong yang bernama Yayasan Surya Mandala Kupang.
Sementara itu pengamat Pendidikan dari Universitas Nusa Cendana Kupang Prof Dr Felisianus Sanga menilai bahwa apa yang dilakukan oleh Yoseph seharusnya mendapatkan perhatian dari pemerintah sebab apa yang dilakukan dapat memotivasi orang lain untuk melakukan hal-hal baik demi pendidikan di NTT.
"Menurut saya, apa yang dilakukan seharus mendapatkan perhatian dari pengusaha, dan pemerintah kota ini, kerena tentu saja dia berkeinginan agar mempunyai sekolah yang dibangun di atas lahannya sendiri," tuturnya.
Guru besar Undana ini juga menilai bahwa orang seperti Yoseph Blikololong sulit ditemui di NTT ini, ditengah perkembangan zaman yang semakin maju disaat niat atau keinginan untuk bersosial sangat kurang.