Toili, Sulawesi Tengah (ANTARA GORONTALO) - Sebanyak 17 burung maleo (Macrocephalon maleo),
satwa langka endemik Sulawesi Tengah, hasil penangkaran PT Donggi
Senoro LNG, dilepasliarkan ke habitatnya di Suaka Margasatwa Bangkiaing,
Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah, Minggu.
Pelepasliaran itu dipimpin Bupati Banggai, Herwin Yatim, diikuti
para pejabat PT DSLNG dan tokoh masyarakat Kecamatan Moilong, Kabupaten
Banggai, guna memperingati Hari Lingkungan Hidup se-Dunia 2017.
Manajer
Operasi Senior PT DSLNG, Selvia Chalis, menjelaskan pelepasliaran ini
merupakan yang kedua kali setelah pada 2013 melepaskan 13 burung maleo
di habitat yang sama.
Burung maleo berusia tiga sampai empat bulan ini adalah hasil
penetasan telur menggunakan teknologi inkubator dan merupakan
implementasi program tanggung jawab sosial kemasyarakatan investor
pengolahan gas alam cair satu-satunya di Sulawesi Tengah itu.
"Ini adalah penangkaran pertama maleo di luar habitatmya (eks situ)
dan telah mendapat penghargaan dari badan lingkungan hidup PBB," kata
Rahmat, petugas Komunikasi Media PT DSLNG.
Telur-telur satwa yang
sangat dilindungi itu diperoleh dari masyarakat yang umumnya hasil
rasia Kesatuan Pengelolaan Hutan Konservasi Bangkiriang.
Pelepasliaran
maleo ini juga dirangkaikan dengan penanaman pohon kemiri yang
merupakan asupan utama burun maleo agar bisa bertahan hidup.
Yatim
mengapresiasi program DSLNG melestarikan burung maleo yang merupakan
kekayaan alam endemik Sulawesi Tengah dan telah disepakati menjadi ikon
provinsi itu.
"Namun program ini saya minta dilaksanakan dengan serius dan
terukur sehingga dalam beberapa tahun ke depan bisa dirasakan
manfaatnya," ujarnya.
Populasi burung maleo di SM
Bangkiriang seluas 12.500 Ha itu saat ini masih ada sekitar 30 sampai 40
pasang yang aktif keluar bertelur di pantai.
Namun ada pula habitat maleo di hulu Sungai Tumpu namun belum diketahui jumlah populasinya.
17 burung maleo dilepasliarkanke di SM Bangkiriang
Minggu, 6 Agustus 2017 17:16 WIB