Jakarta (ANTARA GORONTALO) - Sekretaris Kementerian Koperasi dan UKM Agus
Muharram meminta para pelaku UKM untuk menerapkan digitalisasi ekonomi
atau akan ketinggalan dan tergilas dalam peta persaingan usaha.
"Kemajuan teknologi informasi sulit dibendung. Bila koperasi dan
UKM tidak mengikutinya akan ketinggalan," kata Agus saat membuka acara
seminar bertema Wanita, Pemuda, dan Teknologi: Revolusi Digital, di
Jakarta, Rabu.
Di acara yang dihadiri para pembicara seperti Wakil Ketua Umum
Bidang Telematika, Penyiaran, dan Ristek Kadin Indonesia Ilham Habibie
dan Direktur Saleema Foundation (yayasan dari Amerika) Emad Hamdan itu,
Agus menambahkan, saat ini zaman sudah memasuki era Triple T Revolution.
Hal itu berarti bahwa telekomunikasi sudah memakai sistem wireless,
transportasi yang menunjang distribusi barang dan jasa sudah "just in
time", serta travel and tourism yang sudah didominasi pelaku bisnis
online atau e-Commerce.
"Memesan hotel, tiket pesawat, hingga destinasi wisata sudah
memakai sistem online. Lebih cepat dan lebih murah. Antar bangsa sudah
tidak ada lagi sekat, semuanya sudah menyatu dalam bingkai globalisasi
dan digital ekonomi," kata Agus.
Oleh karena itu, Agus mengungkapkan, Kemenkop dan UKM terus
mendorong agar pelaku KUKM di Indonesia untuk menerapkan sistem digital
ekonomi atau online.
"Dalam menciptakan koperasi yang berkualitas, kita menggulirkan
motto tidak ada koperasi tanpa IT, tidak ada koperasi tanpa pelatihan,
dan tidak ada koperasi tanpa transaksi," kata Agus.
Sedangkan untuk mengembangkan UKM, lanjut Agus, pihaknya terus mendorong agar pelaku UKM menerapkan bisnis e-Commerce.
"Dunia sekarang sudah tanpa batas, tak lagi dibatasi ruang dan
waktu. Bila tidak menerapkan pemasaran e- Commerce, maka UKM kita akan
tergilas," katanya.
Meski begitu, Agus mengakui, dari total jumlah 151 ribu koperasi,
baru sekitar 10 persen koperasi yang mengarah dan berbasis IT dalam
mekanisme pelaporan ke publik.
Sementara pelaku UMKM yang berjumlah sekitar 59,2 juta mayoritas
hampir 98 persen pelaku usaha mikro, baru 3,5-5 persen yang usahanya
mengarah pada penerapan sistem berbasis IT.
"Ini menjadi tugas kita semua untuk lebih mendorong agar pelaku
KUMKM di Indonesia menerapkan bisnis secara online," kata Agus.
Pada kesempatan itu pula, Agus mengapresiasi peran wanita dan pemuda dalam mengembangkan wirausaha di Indonesia.
"Banyak koperasi wanita di Indonesia berkinerja bagus. Begitu juga
dengan UKM wanita, banyak yang bagus. Untuk pemuda, memang saat ini
sudah diarahkan untuk mengubah paradigma berpikir dari pencari lapangan
kerja menjadi pencipta lapangan kerja sebagai wirausaha," kata Agus.
Ia juga menjelaskan bahwa kontribusi koperasi terhadap PDB nasional
pada 2016 sudah mencapai 3,99 persen, dari sebelumnya yang hanya
kisaran 1,71 persen.
Begitu juga dengan rasio kewirausahaan sudah bertengger di posisi
3,1 persen, dari tahun-tahun sebelumnya yang hanya 1,65 persen.
"Jika ingin stabil secara makro ekonomi, maka rasio kewirausahaan
harus berada di minimal 2 persen. Nah, hingga 2019 mendatang, kita
mentargetkan rasio kewirausahaan nasional berada di level 5 persen,"
kata Agus.
Sementara itu, Ilham Habibie mengajak seluruh masyarakat Indonesia
untuk dapat memanfaatkan kemajuan teknologi informasi di segala bidang
kehidupan.
"Maka dari itu, saya saat ini sedang mengembangkan pesawat R80
bersama Pak Habibie untuk mentrigger keberanian masyarakat Indonesia
untuk terus berinovasi, terutama di bidang teknologi," kata Ilham.
Pembicara lainnya, Direktur Saleema Foundation (yayasan dari
Amerika) Emad Hamdan mengatakan bahwa Islam pun membahas tuntas mengenai
kemajuan teknologi.
"Salah satu passion saya adalah mengkaji Al-Quran. Kita sebagai
umat Muslim diharapkan bisa menggunakan teknologi, namun tetap dalam
koridor Al Quran dan Sunnah Rasul", kata Emad.
Sedangkan pengamat ekonomi Faisal Basri mengatakan, amat penting
bila pemerintah melakukan perbaikan infrastruktur pendukung digitalisasi
industri.
Jadi, selain membangun infrastruktur fisik, juga mengembangkan digitalisasi industri.
Hal ini agar Indonesia tidak tertinggal dalam era revolusi industri fase keempat atau lazim disebut industry 4.0.
Pasalnya, lanjut Faisal, fasilitas infrastruktur digital Indonesia tertinggal dari negara-negara tetangga.
Sebagai contoh, di bidang internet, kecepatan internet di Indonesia
pada triwulan I 2017 baru mencapai 7,2 megabyte (MB) per detik.
"Memang kita lebih baik dari Filipina dan India. Tapi kita
tertinggal jauh dari Srilanka, Vietnam, dan Malaysia," kata Faisal.
Meski demikian, Faisal memuji urusan bisnis (business egality) industri digital Indonesia yang sangat baik.
"Business egality kita sangat baik karena kelincahan para pengusaha
yang luar biasa. Kita ada di peringkat 35," kata Faisal.
Kemenkop minta UKM terapkan digitalisasi ekonomi
Kamis, 26 Oktober 2017 7:36 WIB