Jakarta, (Antaranews Gorontalo) - Salah satu kendala yang selama ini dihadapi nelayan adalah seringkali tidak banyak mendapat ikan sekalipun telah berlayar sekian minggu dan jauh ke tengah laut.
Bagi nelayan tradisional yang tidak memiliki alat atau teknologi canggih, penggunaan indera dan perasaan seringkali dipergunakan untuk menentukan ke arah mana ikan banyak berkumpul.
Seorang nelayan I Made Sukerta (40), mengakui dirinya selama ini memang masih mengandalkan indera dan perasaan juga arah bintang saat akan berangkat menangkap ikan.
Namun nelayan yang mengandalkan indera dan perasaan, seringkali sudah berhari-hari berada di laut ternyata hasil tangkapan ikan tak memenuhi harapan.
"Penggunaan indera dan perasaan yang berdasarkan pengalaman melaut bisa mendapatkan ikan tangkapan dalam jumlah banyak, tapi seringkali juga kita kecewa karena ternyata salah prediksi," kata Sukerta yang merupakan nelayan di Jembrana, Bali.
Sementara kalau membeli peralatan atau teknologi canggih untuk mengetahui keberadaan ikan, dirinya jelas tak mampu karena semua nelayan yang ada di Jembrana adalah nelayan tradisional.
Selain tidak ada biaya untuk membeli peralatan canggih, kebanyakan dari mereka juga gagap teknologi.
Tapi kini nelayan tak perlu risau lagi karena dengan hanya menggunakan "gadget" atau telepon pintar berbasis android, sudah bisa menentukan di mana ikan banyak berkumpul, termasuk kondisi cuaca, bahkan harga jual ikan.
Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) bersama XL Axiata meluncurkan aplikasi Laut Nusantara yang bermanfaat bagi nelayan untuk mengetahui wilayah tangkapan, informasi sebaran ikan di pelabuhan, hingga kondisi cuaca di laut.
Aplikasi Laut Nusantara bisa diunduh di "play store" secara gratis melalui smartphone Android dengan menggunakan operator layanan data.
Aplikasi itu bisa digunakan oleh nelayan saat melaut sejauh "smartphone" (telepon pintar) mereka masih bisa menangkap sinyal data dari operator.
Berdasarkan uji coba di sejumlah daerah, aplikasi masih bisa dibuka hingga jarak 10 mil dari pantai.
Jarak itu masih sangat relevan mengingat nelayan kecil, dengan perahu berjungkung dan bentuk perahu tradisional berukuran kecil lainnya memiliki daya jangkau rata-rata kurang dari 20 mil laut.
Aplikasi Laut Nusantara memiliki basis data yang lengkap yang akan sangat bermanfaat bagi para nelayan Indonesia di seluruh Nusantara.
Selain informasi mengenai keberadaan ikan di lautan, juga ada informasi mengenai kondisi cuaca yang cukup lengkap yang akan menjadi panduan sekaligus peringatan bagi para nelayan untuk mempertimbangkan keselamatannya.
Direktur Teknologi XL Axiata Yessie D Yosetya mengatakan hingga akhir 2018 perusahaan akan melakukan sosialisasi aplikasi Laut Nusantara di 11 kota dengan target 1.300 nelayan yang ada di Jawa, selatan Sumatera dan Bali.
"Perusahaan akan memberikan sosialisasi kepada nelayan menggunakan aplikasi dan gadget sehingga bisa lebih paham," kata Yessie.
Meskipun sosialisasi dilakukan di Jawa dan Bali, bukan berarti nelayan di wilayah lain tidak bisa mengunduh aplikasi itu. "Semua nelayan yang berada di Indonesia bisa mengunduh aplikasi itu," kata Yessie.
Untuk melengkapi upaya edukasi bagi masyarakat nelayan mengenai pemanfaatan teknologi digital, KKP dan XL Axiata juga menggelar program "Sisternet" bagi kalangan perempuan masyarakat nelayan.
Kelas ini mengajarkan istri nelayan mengenai internet dasar dan media sosial sebagai sarana pemasaran. Melalui kelas ini diharapkan nelayan dan istri nelayan memiliki pemahaman lebih dalam mengenai keunggulan teknologi internet, ekonomi digital, serta memanfaatkan teknologi untuk memasarkan ikan tangkapan.
Transformasi budaya
Tim XL Axiata dan Balai Riset dan Observasi Laut (BROL) Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) sebelumnya sudah melakukan penelitian dan survei ke sejumlah komunitas nelayan di berbagai daerah untuk mengetahui kebutuhan mereka terkait informasi seputar aktivitas penangkapan ikan.
Aplikasi Laut Nusantara ini dibangun selama kurang lebih lima bulan dan yang kedua diluncurkan XL Axiata, setelah sebelumnya disebut aplikasi "mFish".
Pembeda aplikasi Laut Nusantara dengan aplikasi sebelumnya adalah basis informasi yang lebih lengkap dan "real time", serta sumber data sepenuhnya disuplai secara resmi dari RBOL-KKP sehingga tak diragukan keakuratannya.
Kepala Badan Riset Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan Syarief Widjaja, mengatakan Indonesia memiliki kekayaan ikan di laut yang luar biasa dan ini membutuhkan teknologi yang bisa digunakan nelayan untuk bisa mengoptimalkan tangkapan.
Sebagai negara maritim yang luas dan memiliki potensi ikan tangkap laut yang melimpah sudah seharusnya nelayan memiliki kemampuan dan mengetahui keberadaan dan posisi ikan di laut.
"Jadi kalau biasanya nelayan mengetahui keberadaan ikan melalui penciuman, kini nelayan bisa gunakan teknologi untuk mengetahui koordinat keberadaan ikan," katanya.
Keberadaan aplkasi ini maka akan ada transformasi budaya nelayan yang semula hanya penggunakan perindraan tapi menggunakan kecanggihan teknologi.
Dari hasil peninjauan ke sejumlah daerah pesisir di Indonesia, sebagian besar nelayan Indonesia sebenarnya paham teknologi, jadi adanya aplikasi ini tidak akan menyulitkan mereka tapi justru memudahkan menangkap ikan.
KKP meyakini dengan adanya aplikasi tersebut Indonesia yang memiliki 620 ribu kapal laut dengan 2,7 juta nelayan tidak lagi kesulitan untuk mencari ikan, dengan menggunakan aplikasi yang tidak terlalu rumit dan mudah digunakan.