Gorontalo (ANTARA) - Korban meninggal akibat muntaber di Kabupaten Gorontalo Utara, Provinsi Gorontalo, masih bertambah.
"Setelah korban usia balita meninggal di rumah sakit rujukan pada Selasa (2/4) pagi, korban meninggal bertambah pada Selasa malam, yaitu balita usia 2 tahun yang dirujuk pada Sabtu (30/3)," ujar Kepala Puskesmas Tolinggula, Dahri Zakaria, SKM, di Gorontalo, Rabu.
Ia menambahkan balita tersebut berasal dari Desa Ilomangga Kecamatan Tolinggula, yang dirujuk akibat mengalami diare disertai muntah, panas tinggi serta kejang-kejang.
Proses pemulangan sementara dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten itu.
Hingga saat ini, sebutnya tercatat sudah dua korban yang meninggal dari kecamatan tersebut.
Ia mengakui, kasus muntaber disertai kejang dan panas tinggi baru pertama kali terjadi di wilayah paling Barat itu dan korbannya rata-rata anak usia dibawah lima tahun.
Untuk mengantisipasi peningkatan kasus, kata Dahri pihaknya tetap membuka pelayanan meski hari libur.
Tim medis puskesmas, termasuk dirinya dan dokter, ikut siaga mengingat pagi ini masih ada tujuh warga yang datang berobat dengan penyakit yang sama, meski tidak dirawat inap karena tergolong ringan.
Seluruh pasien rawat inap sudah dipulangkan karena kondisi mereka semakin membaik.
Tercatat, lanjut dia sejak Jumat (29/3) hingga hari ini, total pasien muntaber yang ditangani Puskesmas Tolinggula, mencapai 35 orang, termasuk 4 pasien yang dirujuk serta 2 pasien dinyatakan meninggal dunia di rumah sakit rujukan.
Sementara itu, Kepala Puskesmas Biau, Warda Mootalu, SKM mengatakan, jumlah penderita muntaber di wilayah itu juga bertambah hingga pagi ini, mencapai 76 orang dari data (2/4) sebanyak 50 orang.
"Pelayanan puskesmas tidak diliburkan sebab warga dengan kasus diare disertai muntah masih berdatangan, meski yang dirawat inap seluruhnya sudah dipulangkan," ujarnya.
Tercatat sejak Jumat (29/3) total korban meninggal di wilayah itu mencapai 2 orang usia balita.