Jonatan gagal menang atas Jepang di partai ketiga Piala Thomas
Jumat, 13 Mei 2022 22:55 WIB
Bangkok (ANTARA) - Jonatan Christie gagal mengunci kemenangan penentu bagi Indonesia, setelah dikalahkan Kenta Nishimoto 20-22, 13-21 pada partai ketiga babak semifinal Piala Thomas 2022 di Bangkok, Thailand, Jumat.
Indonesia yang lebih dulu unggul 2-0 atas Jepang, kini harus mengejar keberuntungannya agar bisa keluar dari posisi 2-1 setelah kekalahan Jonatan.
"Saya minta maaf karena belum bisa menyumbang poin bagi Indonesia hari ini, saya berharap Fajar/Rian bisa menyumbang poin sehingga kami bisa melaju ke partai final," kata Jonatan setelah pertandingan di Impact Arena Bangkok.
Menurut Jonatan, faktor kekalahannya malam ini dikarenakan kesalahan mengeksekusi strategi secara tepat pada akhir gim pertama. Sempat unggul atas Nishimoto dengan 20-19, Jonatan justru melakukan kesalahan dan keunggulan pun direbut pemain peringkat ke-20.
Pada gim pertama, Jonatan sudah merancang strategi untuk mengambil poin sebanyak mungkin pada kondisi lapangan menang angin. Pada gim poin, Nishimoto mengubah polanya menjadi bermain sangat ngotot sehingga menyulitkan Jonatan.
"Dia sangat ngotot, bahkan bola yang jauh dipaksa untuk ambil dan itu mempengaruhi permainan saya sampai jadi kurang sabar. Saya maunya dapat poin cepat tapi malah buat kesalahan sendiri," tuturnya.
Sedangkan pada gim kedua Jonatan kesulitan dengan kondisi angin yang bisa mengoreksi arah pukulan secara signifikan. Kesulitan ini diperparah dengan Nishimoto yang berada pada posisi nyaman untuk menyerang.
"Saya harusnya tadi lebih sabar lagi, tapi Nishimoto juga sudah dapat momentum sehingga bisa bermain lebih total," ungkapnya.
Sementara itu, pelatih tunggal putra PP PBSI Irwansyah menilai anak didiknya terlalu terburu-buru dan kurang tenang dalam menghadapi Nishimoto. Menurut Irwansyah, ketenangan seharusnya menjadi fokus Jonatan saat menghadapi lawan yang lebih aktif menyerang.
"Jonatan di pertandingan tadi kurang santai, tidak bisa bermain tenang dan menikmati pertandingan. Seharusnya dia lebih nyaman, karena posisi Indonesia sudah unggul 2-0. Tetapi karena tidak rileks, seluruh kemampuannya hilang. Permainannya tidak keluar sama sekali. Mau apa saja jadi susah dan salah," Irwansyah menjelaskan.
Indonesia yang lebih dulu unggul 2-0 atas Jepang, kini harus mengejar keberuntungannya agar bisa keluar dari posisi 2-1 setelah kekalahan Jonatan.
"Saya minta maaf karena belum bisa menyumbang poin bagi Indonesia hari ini, saya berharap Fajar/Rian bisa menyumbang poin sehingga kami bisa melaju ke partai final," kata Jonatan setelah pertandingan di Impact Arena Bangkok.
Menurut Jonatan, faktor kekalahannya malam ini dikarenakan kesalahan mengeksekusi strategi secara tepat pada akhir gim pertama. Sempat unggul atas Nishimoto dengan 20-19, Jonatan justru melakukan kesalahan dan keunggulan pun direbut pemain peringkat ke-20.
Pada gim pertama, Jonatan sudah merancang strategi untuk mengambil poin sebanyak mungkin pada kondisi lapangan menang angin. Pada gim poin, Nishimoto mengubah polanya menjadi bermain sangat ngotot sehingga menyulitkan Jonatan.
"Dia sangat ngotot, bahkan bola yang jauh dipaksa untuk ambil dan itu mempengaruhi permainan saya sampai jadi kurang sabar. Saya maunya dapat poin cepat tapi malah buat kesalahan sendiri," tuturnya.
Sedangkan pada gim kedua Jonatan kesulitan dengan kondisi angin yang bisa mengoreksi arah pukulan secara signifikan. Kesulitan ini diperparah dengan Nishimoto yang berada pada posisi nyaman untuk menyerang.
"Saya harusnya tadi lebih sabar lagi, tapi Nishimoto juga sudah dapat momentum sehingga bisa bermain lebih total," ungkapnya.
Sementara itu, pelatih tunggal putra PP PBSI Irwansyah menilai anak didiknya terlalu terburu-buru dan kurang tenang dalam menghadapi Nishimoto. Menurut Irwansyah, ketenangan seharusnya menjadi fokus Jonatan saat menghadapi lawan yang lebih aktif menyerang.
"Jonatan di pertandingan tadi kurang santai, tidak bisa bermain tenang dan menikmati pertandingan. Seharusnya dia lebih nyaman, karena posisi Indonesia sudah unggul 2-0. Tetapi karena tidak rileks, seluruh kemampuannya hilang. Permainannya tidak keluar sama sekali. Mau apa saja jadi susah dan salah," Irwansyah menjelaskan.