Gorontalo (ANTARA) - Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo Yana Yanti Suleman, Selasa, mengatakan pihaknya memantau penarikan obat (recall) pada sejumlah Pedagang Besar Farmasi (PBF) yang tersebar di daerah itu.
Pemantauan itu untuk menindaklanjuti penjelasan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), tentang informasi kelima hasil pengawasan sirup obat yang tidak menggunakan propilen glikol, polietilen glikol, sorbitol dan/atau gliserin/gliserol.
“Sejak kemarin kami melakukan pemantauan, hasilnya seluruh PBF yang didatangi sedang dalam proses melakukan recall obat-obat tersebut dari outlet-outlet,” katanya di Gorontalo.
Sementara itu Kepala Bidang Sumber Daya Kesehatan Dinkes Provinsi Gorontalo Suleman Mile, mengatakan pihaknya melakukan fungsi pembinaan kepada PBF sebagai sarana distribusi kefarmasian.
“Kami mendatangi enam PBF yang menyalurkan obat-obatan yang dinyatakan tidak aman. Proses recall masih terus dilakukan dan kami akan terus memantau progresnya hingga selesai,” kata Suleman.
Selain itu, Tim Dinas Kesehatan Provinsi memberikan pembinaan agar PBF secara proaktif melakukan penarikan dengan melakukan penjemputan di outlet mitra PBF yakni apotek dan toko obat.
“Kami berharap hal ini diseriusi oleh PBF mengingat obat yang tidak aman ini adalah obat yang biasa digunakan oleh masyarakat,” tukasnya.
Ia juga meminta dinas kesehatan di kabupaten dan kota dapat berkolaborasi dengan lintas sektor, dalam melakukan pemantauan di apotek dan toko obat untuk memastikan obat tersebut tidak lagi dipajang dan dijual kepada masyarakat.
Obat yang ditarik oleh PBF karena diduga menjadi penyebab gangguan ginjal akut adalah unibeby cough syrup dan unibeby demam drop.
“Sedangkan untuk termorex sudah dipastikan oleh PBF bersangkutan, bahwa kode batch yang dinyatakan tidak aman itu tidak disalurkan di Provinsi Gorontalo,” tambahnya.