Palu (ANTARA GORONTALO) - Kapolda Sulawesi Tengah Brigjen Pol Rudy Sufahriadi
menegaskan bahwa Santoso dan kelompoknya tidaklah kuat dalam melakukan
aktifitas terorisme di Poso, Sulawesi Tengah.
"Sesungguhnya dia
tidak kuat, kita jauh lebih kuat. Dia cuman masih beruntung saja
sehingga belum ketangkap sampai sekarang," katanya kepada wartawan di
Mapolda Sulteng di Palu, Senin, setelah upacara penyerahan pataka Polda
Sulteng dari mantan Kapolda Brigjen Pol Idham Azis dan tradisi
penerimaan oleh warga Polda Sulteng.
Mantan Direktur Pembinaan Kemampuan Badan Nasional Penanggulagan
Terorisme (BNPT) itu mengatakan bahwa pihaknya melalui Operasi Tinombala
yang didukung TNI sedang berupaya maksimal untuk menangkap Santoso dan
para pengikutnya.
"Saya akan pimpin langsung penangkapan Santoso dan anak buahnya.
Saya akan berkantor di Poso, nanti pak Waka (Wakapolda) di sini
(Mapolda) di Palu," ujar Kapolres Poso 2005-2007 itu.
Wakapolda Kombes Pol Leo Bona Lubis sejak Januari 2016 ditunjuk
sebagai Komandan Operasi Tinombala untuk memburu dan menangkap Santoso
serta pengikutnya, namun jabatan itu diambil alih Kapolda Rudy
Sufahriadi yang akan memimpin langsung penangkapan Santoso dan para
pengikutnya, sementara Wakapolda akan kembali berkantor di Palu.
Kabid Humas Polda Sulteng AKBP Hari Suprapto mengatakan, setelah
mengadakan acara pisah-sambut dengan jajaran Polda Sulteng serta
bertatap muka dengan pemerintah daerah dan tokoh-tokoh masyarakat pada
Selasa (15/3), Kapolda Rudy Sufahriadi akan langsung menuju Poso dan
berkantor di sana hingga operasi pengejaran Santoso selesai
dilaksanakan.
Ketika ditanya kapan target waktu penangkapan Santoso, Brigjen Rudy
yang lulusan Akpol 1988 itu menegatakan, "Secepatnya. Kalau bisa hari
ini, ya hari ini. Kami berupaya secepat-cepatnya Santoso tertangkap."
Mengenai apakah Santoso akan ditangkap hidup atau mati, Rudy
Sufahriadi yang berpengalaman di bidang reserse itu mengatakan, "Kalau
bisa ditangkap hidup, kenapa harus mati."
"Santoso itu bersenjata dan memiliki prinsip bahwa mati di tangan
polisi itu adalah sahid, jadi ini juga kita perhitungkan," katanya.
Operasi
Tinombala yang sedang digelar di Poso untuk mengejar Santoso dan
puluhan pengikutnya digelar sejak 9 Januari 2016 dengan melibatkan
sekitar 2.500 personel Polri dan TNI.
Mantan Kapolres Metro Jakarta Utara ini nyaris menjadi korban
penembakan teroris saat baru dua bulan menjabat Kapolres Poso 2005-2007.
Usai menunaikan salat subuh berjamaah di Masjid Raya Poso, Rudy
yang berpangkat ajun komisaris besar polisi ketika itu ditembak oleh
salah seorang dari dua pelaku tak dikenal yang mengendarai sepeda motor,
namun ia lolos dari maut.
Kapolda Sulteng tegaskan Santoso dan kelompoknya tidaklah kuat
Senin, 14 Maret 2016 16:50 WIB