Jakarta (ANTARA GORONTALO) - Wakil Presiden Jusuf Kalla mengatakan penurunan angka target pertumbuhan ekonomi di Tanah Air merupakan hal realistis yang bisa dicapai dalam kondisi perekonomian melemah seperti saat ini.
"Memang dalam kondisi begini, kita harus realistis, bahwa semua negara sekarang tidak bisa membuat target terlalu tinggi. (Sehingga) Target 5,1 persen menurut saya reasonable kita bisa capai (target itu) dalam kondisi begini," kata Wapres Kalla di Jakarta, Rabu.
Wapres menjelaskan penurunan target pertumbuhan ekonomi tersebut disebabkan oleh menurunnya kegiatan ekspor di bidang infrastuktur dan perdagangan.
Selain itu impor juga menurun, sehingga kegiatan industri juga mengalami pelemahan.
"Pasar juga permintaan kita sedang menurun, artinya pajak juga menurun. Kalau begitu, otomatis pembangunannya tidak sebaik apa yang kita rencanakan," jelasnya.
Pemerintah dan Komisi XI DPR RI menyetujui perubahan asumsi makro pertumbuhan ekonomi dalam RAPBNP 2016 dari sebelumnya 5,3 persen menjadi 5,1 persen yang lebih realistis dengan kondisi perekonomian terkini.
Hal tersebut menjadi salah satu keputusan dari rapat kerja pemerintah dengan Komisi XI yang membahas asumsi makro RAPBNP 2016 di Jakarta, Selasa malam (7/6).
Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro mengatakan pertumbuhan ekonomi 2016 lebih realistis pada kisaran 5,1 persen setelah mempertimbangkan kondisi perekonomian global yang masih melambat pada tahun ini.
Dengan proyeksi angka pertumbuhan 5,1 persen tersebut, maka dalam periode pertumbuhan ekonomi triwulan II hingga IV, harus ada yang bisa mencapai kisaran 5,3 persen karena perekonomian Indonesia pada triwulan I-2016 hanya tumbuh 4,92 persen.
Rapat kerja tersebut juga menetapkan asumsi makro laju inflasi 4,0 persen, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS Rp13.500 dan suku bunga SPN 3 bulan sebesar 5,5 persen.