"Saat ini, kontribusi lifting maupun produksi minyak nasional yang paling besar yaitu dari Pertamina Hulu Rokan sebesar 157 ribu barel per day. Disusul ExxonMobil Cepu sekitar 143 ribu barel per day. Sedangkan produksi minyak dari Pertamina grup jika ditotal menyumbang sekitar 60 persen, belum termasuk non-operating aset," kata Direktur Pembinaan Usaha Hulu Migas Kementerian ESDM Ariana Soemanto, di Jakarta, Minggu.
Dia mengatakan untuk menindaklanjuti reaktivasi sumur dan lapangan idle, Kementerian ESDM, SKK Migas dan Pertamina terus melakukan pembahasan teknis, dan membuka peluang kolaborasi dengan pihak swasta agar target produksi 2024 terpenuhi.
Sementara upaya intervensi teknologi dilakukan melalui perusahaan migas China Sinopec yang akan masuk ke lima lapangan Pertamina dengan teknologi peningkatan produksi.
"Minggu lalu tim teknis dari ESDM, SKK Migas dan Pertamina sedang di China untuk evaluasi teknis penerapan teknologi tersebut di lapangan di China. Selanjutnya, September ini Tim teknis Sinopec akan ke Indonesia untuk penjajakan teknologi tersebut ke 5 lapangan Pertamina. Kerja sama teknologi seperti ini akan terus didorong," katanya.
Lebih lanjut, Kementerian ESDM juga telah menyiapkan insentif hulu migas yang dapat memperbaiki perekonomian kontraktor agar lebih optimal, berdasarkan Keputusan Menteri ESDM Nomor 199/2021.
Sebelumnya, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia menyatakan, pihaknya menyiapkan tiga strategi guna mengurangi porsi belanja impor minyak dan gas (migas) nasional, mengingat potensi sumber daya mineral yang dimiliki Indonesia masih besar.
Strategi itu, antara lain yakni optimalisasi produksi minyak bumi dengan teknologi, reaktivasi sumur-sumur yang menganggur (idle), serta melakukan eksplorasi migas khususnya di wilayah Indonesia Timur.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Kementerian ESDM tindaklanjuti upaya peningkatan produksi migas