Jakarta (ANTARA GORONTALO) - Wakil Presiden Jusuf Kalla mengharapkan para
cendekiawan Indonesia dan Amerika Serikat dapat saling belajar bagaimana
masyarakat dan pemerintah dapat hidup berdampingan dalam keberagaman
agama.
"Saya harap Anda semua memperoleh diskusi yang bermanfaat dan
saling belajar tentang realitas Islam dan hubungan antarkomunitas
religius di Indonesia," kata Wapres Jusuf Kalla di Auditorium Kantor
Wakil Presiden, Jakarta.
Pernyataan tersebut disampaikan Jusuf Kalla saat menerima
tokoh-tokoh dari Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) dan
cendekiawan lintas agama dari Seminari Hartford, Connecticut, Amerika
Serikat, di Kantor Wapres, Jakarta, Senin.
Menurut Wapres, Indonesia dapat menjadi contoh bagaimana pemerintah
mempraktikkan harmonisasi keberagaman melalui berbagai aspek kepada
rakyatnya, antara lain tampak dalam hari libur nasional, pemilihan
menteri kabinet dan kepala daerah.
"Indonesia punya 15 hari libur nasional, 12 di antaranya bersifat
keagamaan, hanya tiga yang bersifat nasional, yaitu Hari Kemerdekaan,
Tahun Baru, dan Hari Buruh, dan masing-masing agama rata-rata memiliki
dua hari libur, bahkan Konfusianisme China punya satu hari libur,"
tuturnya.
Wapres menambahkan, Indonesia juga memiliki 34 kepala daerah yang
memimpin tiap-tiap provinsi dan sebagian dari mereka adalah orang
non-Muslim.
"Tidak masalah, kami menerimanya karena itu demokrasi," kata JK.
Aspek lain, JK menggarisbawahi bahwa telah dua kali dalam posisinya
sebagai wakil presiden, dirinya ikut membentuk kabinet yang menterinya
terdiri atas berbagai pemeluk agama di Indonesia, yakni Buddha, Hindhu,
Islam, Katolik, Kristen, dan Konfusianisme.
"Di kabinet yang sekarang, sepuluh orang dari 35 menteri yang
menjabat adalah non-Muslim, dan itu tidak apa-apa, Anda bisa lihat hal
seperti ini tidak terjadi di Thailand, Filipina, Denmark, dan negara
lainnya," tuturnya.
Secara khusus, Wapres membandingkan kondisi di Indonesia dengan di
Amerika Serikat yang hanya memiliki hari libur Natal untuk umat Kristen,
sementara hari raya agama lainnya tidak secara resmi menjadi hari libur
nasional.
"Oh ya, New York merayakan Idul Fitri, tapi itu masih termasuk satu
persen atau dua persen dari Amerika? Saya tidak tahu," kata dia.
Oleh karena itu, Wapres mengharapkan agar para cendekiawan
Indonesia dan Amerika dapat saling belajar bagaimana cara menjaga
kehidupan di antara masyarakat yang beragam.
Selain berdialog dengan Wapres RI, puluhan cendekiawan
Indonesia-Amerika tersebut juga mengunjungi kantor Pengurus Besar
Nahdlatul Ulama (PBNU) di Jakarta, Universitas Satya Wacana Salatiga,
Jawa Tengah, dan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Seminari Hartford adalah universitas tertua di Amerika yang
memiliki program studi Islam dan Relasi Antar-Islam dan Kristen.
Universitas yang sudah berusia 195 tahun tersebut, juga merupakan
perguruan tinggi pertama yang memiliki mata kuliah Bahasa Arab di
Amerika.
Wapres harapkan Indonesia-Amerika saling belajar keberagaman agama
Senin, 17 Oktober 2016 21:41 WIB