Jakarta (ANTARA) - Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan (Ditjen PKH) Kementerian Pertanian memastikan terus mendorong hilirisasi riset peternakan guna meningkatkan daya saing, inovasi, dan kesejahteraan peternak secara berkelanjutan.
"Pemerintah melalui Kementerian Pertanian memastikan mendorong hilirisasi riset peternakan," kata Sekretaris Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementan Tri Melasari dalam keterangan dikonfirmasi di Jakarta, Selasa, merespon adanya temuan molekul dalam susu kambing yang dapat membuat anak sehat dan cerdas oleh Prof. Dr. Epi Taufik dari IPB University, Bogor.
“Apa yang disampaikan Prof. Epi adalah bukti bahwa inovasi tidak hanya soal teknologi besar, tapi juga pada pemanfaatan potensi lokal yang selama ini tersembunyi," ujar Tri Melasari.
Dia menegaskan bahwa Kementerian Pertanian sangat mendukung agar riset-riset semacam itu bisa diadopsi ke dalam kebijakan strategis pangan nasional.
Sebelumnya, dalam pidato pengukuhan sebagai guru besar tetap Fakultas Peternakan IPB University, Bogor, pada 24 Mei 2025, Prof. Dr. Epi Taufik menyampaikan satu gagasan yakni susu bukan sekadar minuman bergizi tetap adalah sumber molekul ajaib.
"Molekul itu bernama oligosakarida. Oligosakarida ini seperti makanan premium bagi bakteri baik di usus kita, Di dalam tubuh, mereka tak langsung dicerna, tapi justru memberi makan mikroba yang baik. Hasilnya? Sistem imun lebih kuat, pencernaan lebih sehat, dan otak berkembang lebih optimal," ujar Prof. Epi.
Dalam ASI, katanya, kandungan oligosakarida jumlahnya ratusan, tapi ternyata kambing juga punya versi yang cukup menjanjikan, khususnya kambing leranakan etawah, ras lokal unggulan Indonesia.
Melalui riset bertahun-tahun, Prof. Epi dan timnya berhasil mengidentifikasi oligosakarida jenis 3’-SL dan 6’-SL dalam kolostrum (susu awal) kambing PE. Dua jenis ini dikenal berfungsi sebagai pelindung alami bayi dari infeksi, sekaligus mendukung tumbuh kembang otak.
Ia menerangkan susu kambing memiliki struktur mirip ASI dan kandungan laktosa tinggi, menandakan banyak oligosakarida tersembunyi yang dapat dipisahkan serta dimurnikan menggunakan teknologi modern seperti HPLC dan NMR.
"Bayangkan kalau oligosakarida ini bisa ditambahkan ke dalam produk makanan atau minuman sehari-hari dari susu bubuk, biskuit, sampai probiotik,” katanya.
Menurutnya, hal itu memiliki potensi komersial yang cukup tinggi. Di luar negeri, katanya, beberapa perusahaan besar sudah lebih dulu mengembangkan suplemen oligosakarida dari susu untuk bayi dan lansia. Indonesia punya peluang serupa, bahkan bisa lebih unggul karena ragam ternak lokalnya.
"Namun, tantangan masih ada. Selama ini perhatian kita terhadap molekul bioaktif susu masih minim. Padahal ini peluang strategis, apalagi dengan adanya program nasional Makan Bergizi Gratis,” ujarnya.
Ia berharap ke depan Indonesia bisa memproduksi sendiri oligosakarida berbasis susu lokal, bukan hanya untuk konsumsi dalam negeri, tapi juga sebagai komoditas ekspor bernilai tinggi.
Prof. Epi menambahkan susu kambing dengan oligosakarida lokal dinilai mampu menjawab isu gizi sekaligus mendorong pertumbuhan ekonomi peternak kecil melalui pengembangan produk bioaktif bernilai tambah dari kambing lokal secara berkelanjutan.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Kementan pastikan terus dorong hilirisasi riset peternakan