Jakarta, (Antara News) - Presiden Director Center for Banking Crisis, Achmad Deni Daruri menyatakan, stabilitas sektor keuangan Indonesia menjadi semakin prima di tengah-tengah kenaikan suku bunga oleh bank sentral Amerika Serikat atau The Fed.
"Pada galibnya bukti stabilitas yang membaik itu tercermin dari perbaikan persepsi terhadap kondisi ekonomi saat ini dan ekspektasi terhadap ekonomi ke depan," kata Achmad Deni Darur.
Menurut dia, memasuki tahun 2019, penjaga gawang sektor keuangan yaitu bank Indonesia dan OJK sangat layak mendapatkan pujian.
Ibaratnya, ujar dia, 2018 adalah tahun kawah candradimuka, sedangkan tahun 2019 akan mudah dilewati dengan pengalaman yang telah dialami dalam tahun sebelumnya.
Ia berpendapat, kemampuan Bank Indonesia dan OJK menjaga stabilitas sektor keuangan terlihat dari peningkatan keyakinan konsumen sangatlah terukur.
Hal ini ditunjukkan dari meningkatnya Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) pada Desember 2018 menjadi 127,0 poin dari sebelumnya berada pada 122,7 pada bulan November 2018. Pada tahun 2018, rata-rata IKK adalah sebesar 123,6 lebih tinggi dari rata-rata tahun 2017.
"Jumlah ini tercatat meningkat jika dibandingkan pada kuartal sebelumnya. Bank Indonesia dan OJK telah secara lihai mampu menjaga keyakinan pasar di tengah hantaman ancaman pelemahan rupiah terhadap dolar Amerika Serikat pada tahun 2018 yang lalu," katanya.
Ia mengingatkan bahwa negara lain seperti Turki dan Brasil justru tidak mampu menjaga kepercayaan konsumen mereka. Sementara itu cadangan devisa Indonesia juga menguat tertinggi yang mampu membiayai tujuh bulan impor dengan nilai sebesar 120,6 miliar dolar.
"Sementara itu banyak negara berkembang lainnya seperti Saudi Arabia terus mengalami penurunan cadangan devisa semenjak Agustus 2018 hingga saat ini. Padahal Suadi adalah net eksportir minyak dan Indonesia adalah net importir minyak," ucapnya.
Ia menyatakan, prestasi Bank Indonesia dan OJK dapat terjadi karena pemilihan strategi yang tepat di mana "trade off" antara strategi stabilitas dan strategi pertumbuhan dapat dinetralisir.
Secara khusus, menurut dia, peran Bank Indonesia yang dipimpin oleh Perry Waluyo mampu membawa kebijakan sector moneter dalam konteks strategi stabilitas, dan kebijakan pertumbuhan berupa makroprudensial, pendalaman pasar keuangan, sistem pembayaran dan ekonomi keuangan syariah.
"Kebijakan strategi pertumbuhan dapat dilakukan secara cantik karena adanya kerjasama yang baik antara Bank Indonesia dan OJK.
Tanpa itu maka kedua stratgi ini akan saling membunuh satu sama lainnya," katanya.
Kebijakan moneter dunia yang tak pasti pada tahun 2018 terbukti telah dapat dijinakkan oleh BI dan OJK termasuk ancaman perang dagang dan kapital outflow dari negara sedang berkembang.