Gorontalo, (ANTARA GORONTALO) - Forum Komunitas Hijau (FKH) Kota Gorontalo akhirnya mengumumkan 10 desain terbaik dalam Lomba Green Tumbilotohe atau lampu tumbilotohe yang ramah lingkungan.
Lampu berbahan bakar minyak kelapa yang diletakkan di atas kulit kima dan sebilah bambu serta dihiasi batu-batu karya Riden Baruwady, berhasil menjadi pemenang pertama dalam lomba tersebut.
Dari tiga karya yang dikirimkan Riden kepada panitia, dua berhasil menjadi pemenang yakni terbaik 1 dan terbaik 9
" Desain lampu saya yang pertama dimaksudkan untuk tumbilotohe di pantai sehingga menggunakan unsur-unsur seperti kulit kima yang biasanya ditemukan berserakan di pantai," ujar Riden di Gorontalo.
Karya terbaik lainnya adalah milik Ronal Djou dengan desain lampu di dalam polopalo (alat musik khas Gorontalo) sebagai terbaik 2, Alan untuk terbaik 3, Arsal terbaik 4 dan Jemi Monoarfa meraih terbaik 5.
Sementara untuk karya yang menjadi terbaik 6 hingga 10 masing- masing diraih Komang, Koko Sparda, Jessica Djibran Henna, Riden Baruawady dan Ronal Djou.
Kesepuluh karya tersebut menggunakan minyak kelapa, minyak nilam, bambu, batok kelapa, janur, dan getah damar.
" Desain-desain ini seperti yang kami harapkan yaikni ramah lingkungan, bahannya dari alam dan mudah ditemukan, cara pembuatannya mudah, mengandung kearifan lokal Gorontalo, bahan bakar dengan energi yang efisien dan tidak membahayakan," kata Panitia Lomba Green Tumbilotohe Awaludin.
Dengan waktu sekitar dua minggu, panitia menerima sekitar 33 karya yang dikirimkan peserta dimana masing-masing bisa menyertakan maksimal tiga karya.
Awaludin menjelaskan para peserta yang mendafta berasal dari berbagai kalangan seperti fotografer, mahasiswa, ibu rumah tangga, aktivis, hingga anak-anak.
" Kami berharap lomba ini menjadi agenda rutin tahunan dan peserta lomba akan semakin meningkat jumlahnya, kata salah seorang Dewan Juri, Amanda Katili dari The Climate Reality Project.
Tumbilotohe berasal dari bahasa Gorontalo yaknI Tumbilo yang berarti memasang dan tohe berarti lampu.
Tradisi memasang lampu pada tiga hari penghujung bulan ramadhan ini memiliki nilai-nilai budaya dan agama.
Lampu-lampu tersebut dipasang untuk menerangi jalan-jalan menuju masjid dengan harapan mendapat berkah malam Lailatul Qadar.
Tumbilotohe juga merupakan saat dimana umat muslim Gorontalo beramai-ramai mengeluarkan zakat fiitrah maupun sedekah bagi orang-orang yang datang berkunjung.
" Penggunaan energi fosil dari bahan bakar minyak tanah dan listrik pada lampu untuk Tumbilotohe menurut saya sudah berlebihan, bahkan telah keluar dari `roh` timbilotohe itu sendiri. Tetua Gorontalo memulai tradisi ini dengan hanya menggunakan lampu berbahan bakar getah kayu dan minyak kelapa," ungkap Rahman Dako dari Forum Komunitas Hijau Kota Gorontalo.
Atas dasar itu, FKH menggelar lomba untuk mengajak warga Gorontalo berkarya menciptakan desain atau prototipe lampu yang tepat, menarik dan mudah dibuat dengan harapan tradisi Tumbilotohe ke depan lebih ramah terhadap alam dan kehidupan manusia.
FKH merupakan komunitas yang berasal dari berbagai elemen seperti da aktivis LSM, pencinta lingkungan, wartawan, mahasiswa, dosen, pencinta sepeda, hingga fotografer lingkungan.
Green Tumbilotohe juga memperoleh dukungan dari Pemerintah Kota Gorontalo untukk mewujudkan Kota Gorontalo yang hijau.
FKH Gorontalo Tampilkan Desain Terbaik `green Tumbilotohe`
Rabu, 15 Juli 2015 18:33 WIB