Gorontalo, (ANTARA GORONTALO) - Junior Ecologist Burung Indonesia Program Gorontalo Pantiati mengatakan bentang hutan dari Kecamatan Popayato hingga Kecamatan Paguat di Kabupaten Pohuwato dihuni 20 jenis mamalia.
Pantiati, di Gorontalo, Selasa, mengatakan dari jumlah tersebut, 15 di antaranya merupakan jenis endemis Indonesia yang terancam punah secara global.
Jenis mamalia tersebut di antaranya anoa pegunungan (Bubalus quarlesi, monyet hitam Gorontalo (Macaca Hecki), babirusa Sulawesi (Babyrousa celebensis), kuskus beruang Sulawesi (Ailurops ursinus) dan Tarsius Sulawesi (Tarsius tersier).
"Monyet hitam Gorontalo yang biasanya disebut Yakis dalam bahasa lokal, merupakan kelompok mamalia yang paling umum di Hutan Popayato-Paguat," ujarnya, Selasa.
Mamalia tersebut dapat dijumpai di hutan primer dan sekunder bahkan kadang ada di pekebunan masyarakat untuk mencari makan.
Pakan utama Yakis adalah buah-buahan seperti beringin (Ficus spp), namun sering juga makan jenis tanaman perkebunan yang dikelola manusia seperti cokelat.
"Mereka biasanya hidup berkelompok sampai tiga puluh individu, dan selalu bergerak dalam wilayah jejalah harian yang mereka pertahankan," ungkapnya.
Selain jenis mamalia, di hutan ini terdapat 42 jenis herpetofauna yang terdiri atas 16 jenis amfibi dan 25 jenis reptil.
Beberapa jenis tersebut masuk dalam amfibi endemis Sulawsi yakni katak sungai Sulawesi (Hylarana celebensis) dan bangkong Sulawesi (Ingerophrynus celebensis), serta ular endemis seperti Elaphe cf. euruthrea dan Rhabdophis callitus.
Pantiati menambahkan biawak air (Varanus salvator) dan sanca batik (Phyton reticulatus) termasuk yang mudah dijumpai di hutan tersebut.
"Itu sebabnya mengapa hutan Popayato hingga Paguat harus dijaga kelestariannya. Kenakeragaman hayati di kawasan ini sangat tinggi," imbuhnya.