Jakarta (ANTARA) - Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Pratikno menekankan pentingnya kerja sama lintas sektor dalam penanganan tuberkulosis (TBC) sejak dari hulu hingga hilir, dengan memanfaatkan berbagai lini pelayanan masyarakat di Indonesia.
"TBC tidak bisa diselesaikan hanya oleh Kementerian Kesehatan saja, tetapi juga melibatkan seluruh pemangku kepentingan baik di internal pemerintah maupun masyarakat," ujar Pratikno dalam keterangannya di Jakarta, Jumat.
Pratikno menyoroti pentingnya edukasi dan penguatan infrastruktur dalam upaya pemberantasan TBC.
Menurutnya, hal ini akan memperkuat kesadaran masyarakat sekaligus menciptakan lingkungan yang lebih sehat untuk mencegah penyebaran penyakit.
"Ini bukan hanya soal mengobati, tetapi juga membuat lingkungan menjadi lebih sehat. Edukasi masyarakat menjadi penting, infrastruktur menjadi penting," kata Pratikno.
Ia mengingatkan bahwa dampak TBC tidak kalah besar dibandingkan dengan COVID-19, yang telah menyebabkan banyak korban jiwa.
Menurutnya, Indonesia memiliki potensi untuk menanggulangi TBC dengan sukses, seperti yang telah dilakukan dalam penanganan COVID-19.
"Kuncinya kita harus bisa melihat ini sebagai sebuah krisis, yang kemudian semua pihak harus bekerja keras untuk menyelesaikannya dari hulu ke hilir, semua kementerian dan lembaga terlibat. Cara serupa dapat dilakukan untuk penanganan TBC," kata dia.
Dokter Spesialis Paru RSPI Bintaro, Dr dr Raden Rara Diah Handayani, Sp.P(K), menyatakan bahwa tuberkulosis (TB) dapat diatasi dengan menjaga kesehatan tubuh melalui pemenuhan nutrisi yang baik.
Menurutnya, individu dengan kekebalan tubuh yang rendah lebih rentan terkena penyakit TB, termasuk anak-anak di bawah lima tahun yang berisiko mengalami TB berat. Sebaliknya, pada individu dengan imunitas yang baik, pencegahan perlu dilakukan untuk menghindari reaktivasi infeksi menjadi TB aktif.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Menko PMK tekankan penanganan TBC harus terpadu