Gorontalo (ANTARA) - Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo Anang S. Otoluwa mengatakan Pemerintah Provinsi Gorontalo meningkatkan akses layanan TBC melalui penerapan pendekatan Public-Private Mix (PPM) dan ekspansi pemberian Terapi Pencegahan Tuberkulosis (TPT).
Anang di Gorontalo, Jumat, usai membuka pertemuan koordinasi dan perencanaan penanggulangan Tuberkulosis (TBC) di Provinsi Gorontalo, mengatakan kegiatan itu fokus pada pendekatan PPM dan ekspansi pemberian TPT kepada seluruh fasilitas pelayanan kesehatan (fasyankes), baik pemerintah maupun swasta.
Anang menegaskan pentingnya kepatuhan seluruh fasyankes terhadap regulasi terkait penanggulangan TBC.
Ia mengingatkan kembali amanat Peraturan Presiden Nomor 67 Tahun 2021 yang mewajibkan setiap fasilitas pelayanan kesehatan melaporkan kasus TBC yang ditemukan.
Termasuk, aturan Surat Edaran Dirjen Yankes Nomor HK.02.02/1/2270/2022 tentang kewajiban klinik dan dokter praktik mandiri untuk melakukan registrasi fasyankes dan pelaporan penanganan TBC melalui Sistem Informasi Tuberkulosis (SITB).
Berdasarkan data nasional menunjukkan bahwa klinik swasta berkontribusi signifikan terhadap penemuan terduga TBC (23 persen), namun proporsi kasus TBC yang diobati di klinik swasta masih relatif rendah (6 persen).
Anang menyoroti kondisi di Provinsi Gorontalo, di mana pada Tahun 2023 hanya Klinik Mirah Sehati Kota Gorontalo yang aktif melaporkan terduga TBC melalui SITB.
Kabar baiknya, kesadaran dan kepatuhan fasyankes swasta di Gorontalo menunjukkan tren positif dengan peningkatan jumlah klinik yang melaporkan terduga TBC menjadi 37 klinik pada Tahun 2024, dan hingga Maret 2025 telah mencapai 45 klinik.
Peningkatan jumlah klinik yang melaporkan ini adalah langkah maju yang menggembirakan.
"Namun kita tidak boleh berpuas diri. Pertemuan koordinasi ini bertujuan memperkuat pemahaman dan implementasi PPM serta memperluas pemberian TPT di seluruh fasyankes, termasuk klinik dan praktek mandiri," katanya.
Dengan pelaporan yang akurat dan partisipasi aktif seluruh sektor, seluruh petugas kesehatan dapat meningkatkan deteksi dini, pengobatan yang tepat dan pencegahan TBC secara lebih efektif di Provinsi Gorontalo.
Pertemuan tersebut dihadiri oleh pengelola program TBC di faskes klinik pemerintah, swasta, TNI/Polri dan praktek mandiri dokter.
Diskusi yang konstruktif terjalin mengenai strategi implementasi PPM yang efektif, termasuk mekanisme koordinasi, pelaporan dan peningkatan kapasitas sumber daya manusia.
Selain itu, perencanaan mengenai perluasan pemberian TPT kepada kelompok berisiko tinggi juga menjadi fokus utama, sebagai langkah preventif untuk menekan angka kejadian TBC di masa depan.*