Gorontalo (ANTARA) - Gubernur Gorontalo Gusnar Ismail menanggapi aspirasi petani tambak di Kecamatan Popayato Timur, Kabupaten Pohuwato, pada kunjungan kerjanya di Wilayah barat Provinsi Gorontalo tersebut, Selasa.
Ia menyampaikan apresiasi dan komitmen untuk memperjuangkan keperluan petambak di tingkat pusat.
"Saya mengakui baru menyadari bahwa tambak juga memerlukan pupuk layaknya komoditas pertanian lainnya seperti kedelai, cabai, bawang merah, bawang putih, tebu, kopi dan kakao yang mendapatkan perhatian dari pemerintah. Masukan ini sangat penting bagi saya," kata Gusnar.
Saat bertemu dengan Menteri nanti, ia berjanji tidak hanya datang untuk berfoto, tetapi membawa aspirasi rakyat.
Selama ini pupuk hanya disediakan untuk padi dan jagung, padahal budidaya ikan seperti bandeng juga memerlukan pupuk.
"Ini harus kita perjuangkan agar masuk dalam program pemerintah," kata Gusnar.
Terkait masalah pemasaran, Gusnar juga menyatakan akan berkoordinasi dengan berbagai pihak, termasuk perusahaan di Morowali dan PT Pani Gold.
Upaya itu akan dilakukan agar pemasaran hasil perikanan dari Gorontalo bisa berjalan lebih lancar dan berkeadilan.
"Kita ingin agar industri bisa hidup berdampingan dengan masyarakat. Kalau tidak, akan terjadi ketimpangan. Jadi kami akan terus berupaya agar hasil dari PT Kimchi bisa dijual ke berbagai perusahaan yang juga banyak mempekerjakan tenaga kerja," katanya.
Kunjungan tersebut diharapkan menjadi titik awal perbaikan sektor perikanan budidaya di wilayah barat Gorontalo, baik dari segi produksi maupun distribusi hasil.
Gubernur Gorontalo Gusnar Ismail didampingi Wakil Gubernur Idah Syahidah Rusli Habibie melakukan kunjungan kerja di PT Kimci Jaya Bersaudara.
Kunjungan tersebut dimanfaatkan petani tambak untuk berdialog. Sejumlah keluhan dan harapan disampaikan langsung, terkait kendala dalam budidaya dan pemasaran hasil perikanan.
Salah satu perwakilan petani tambak bandeng Mohammad Malongi menyampaikan persoalan klasik yang masih dihadapi pelaku usaha budidaya, yakni metode budidaya tradisional dan sulitnya akses terhadap pupuk.
Menurutnya meskipun produktivitas sangat bergantung pada pupuk, namun kebijakan distribusi pupuk dari Kementerian Pertanian masih hanya menyasar petani tanaman pangan seperti jagung.
"Harapan kami, bapak gubernur bisa memperjuangkan agar petambak juga mendapatkan kuota pupuk. Ini penting untuk meningkatkan produksi perikanan budidaya di daerah kami," kata Malongi.
Sementara itu Melki Lulumutu pelaku usaha pengolahan hasil perikanan dari Desa Patuhu Kecamatan Randangan, mengatakan hambatan dalam aspek pemasaran.
Ia mengaku telah beberapa kali mencoba memasarkan produk olahan seperti udang dan bandeng ke industri di Morowali, namun selalu gagal dalam seleksi pengiriman sampel.
"Kami mohon bantuan pemerintah agar bisa difasilitasi dalam hal pemasaran ke luar daerah. Kami yakin produk kami memiliki kualitas," kata Melki.