Jakarta (ANTARA) - Iman kepada kitab Allah SWT merupakan salah satu bagian dari rukun keimanan bagi kaum Muslim, sehingga meyakini kebenaran seisi Al Quran merupakan kewajiban bagi mereka yang mengimani Allah SWT dan rasulnya.
Sebagai wujud dari kalam Tuhan yang Maha Kuasa, Al Quran hadir bagi manusia dalam bahasa Arab yang dituturkan Nabi Muhammad SAW saat menyebarkan firman-firmannya lebih dari 1.400 tahun yang lalu.
Namun demikian, tak semua orang melisankan ayat-ayat suci Al Quran. Bagi penyandang tuna rungu (difabel rungu/disabilitas Tuli/tidak dapat mendengar), misalnya, mereka menggunakan tangannya untuk berisyarat yang sepadan dengan “membaca lantang” Al Quran bagi mereka yang bisa mendengar dan berbicara.
Demi memastikan Al Quran tetap bisa diakses bagi semua Muslim termasuk penyandang disabilitas Tuli, Kementerian Agama (Kemenag) RI pun menggagas Al Quran bahasa isyarat yang dicetak pertama kalinya pada 2023.
Mushaf Al Quran tersebut dikembangkan dan diproduksi oleh Lajnah Pentasihan Mushaf Al Quran (LPMQ) Balitbang Diklat Kemenag RI.
Menurut Kepala LPMQ Balitbang Diklat Kemenag RI Abdul Aziz Sidqi, Al Quran seperti itu merupakan yang pertama di dunia.
Proses penyusunan mushaf Al Quran bahasa isyarat dimulai sejak 2021 dan diawali dengan penyusunan panduan membaca Al Quran bahasa isyarat. Setelah peluncuran Juz 'Amma bahasa isyarat pada 2022, kemudian dilanjutkan dengan penyusunan seluruh 30 juz Al Quran dalam bahasa isyarat.
Indonesia pun berkomitmen memperbanyak cetakan Al Quran bahasa isyarat melalui kerja sama dengan Majma Malik Fahd Li Thibaah Mushaf Syarif, yang berada di bawah koordinasi Kementerian Urusan Agama, Wakaf, Dakwah Arab Saudi.
"Langkah ini akan membantu menyediakan Al Quran isyarat secara lebih luas bagi saudara-saudara kita yang memiliki kebutuhan khusus di seluruh dunia," ujar Kepala Balitbang Diklat Kemenag Amien Suyitno.
Halaman berikut: Dukungan dan sambutan dari Organisasi Kerja Sama Islam (OKI)
Berkat inisiatif baik tersebut, Indonesia mendapat dukungan dan sambutan dari Organisasi Kerja Sama Islam (OKI).
Menurut Diplomat Kementerian Luar Negeri (Kemlu) RI Moehammad Amar Ma’ruf, semakin dikenalnya Al Quran bahasa isyarat dan pengakuan OKI terhadap jasa Indonesia sebagai penggagasnya menunjukkan satu lagi hasil positif dari diplomasi Indonesia.
Ia menjelaskan, Al Quran bahasa isyarat yang dikembangkan oleh LPMQ Kemenag bersama masyarakat Tuli di Indonesia tersebut mendapat perhatian dunia menyusul upaya Kemlu memanfaatkan jejaring OKI untuk memperkenalkan Al Quran tersebut di tingkat dunia.
“Kami menyelenggarakan kolaborasi dalam bentuk seminar virtual bagi para mahasiswa internasional yang belajar di Universitas Islam Teknologi, sebuah badan OKI, yang membuat inisiatif Indonesia itu semakin dikenal dan tersebar,” kata Ma’ruf.
Selain mengenalkan Al Quran bahasa isyarat, ada pula peran diplomasi Indonesia untuk menonjolkan peran Asosiasi Muslim Tuli Indonesia dalam pengembangan aplikasi E-Masdar yang dibuat oleh mahasiswa Indonesia yang mempelajari Al Quran dan bahasa Arab di Libya dan Tunisia.
Dipandang membawa manfaat bagi para pemelajar, aplikasi E-Masdar yang dikembangkan melalui fasilitasi dari Kemlu dan Imam Besar Masjid Istiqlal Jakarta itu ditampilkan dalam sebuah konferensi bahasa arab internasional di Tripoli, Libya, sehingga dikenal di lingkup OKI.
Menyusul upaya RI memperkenalkan Al Quran bahasa isyarat, isu tersebut kemudian dibawa oleh delegasi Indonesia dalam forum pertemuan Sidang Khusus Sosial Budaya OKI tahun 2024 untuk dimasukkan dalam resolusi sidang.
Inisiatif Indonesia itu pun lantas mendapat apresiasi dari OKI yang melalui resolusinya mengakui pentingnya hal tersebut bagi pemajuan hak masyarakat Muslim yang menyandang disabilitas.
Dalam Resolusi OKI No. 4/50 C tentang Isu Sosial Keluarga, Pemuda, dan Olahraga, disebutkan bahwa organisasi tersebut “menyambut publikasi Al Quran Bahasa Isyarat yang diterbitkan Pemerintah Indonesia tahun 2023”.
OKI memandang Al Quran tersebut merupakan suatu langkah maju dalam menjamin kesetaraan akses dan pengajaran Islam dan Al Quran bagi seluruh umat Muslim, terkhusus bagi penyandang disabilitas Tuli.
Halaman berikut: Seminar daring mengenai Al Quran Bahasa Isyarat
Apresiasi juga disampaikan lewat Resolusi OKI nomor 7/50-S&T tentang Aktivitas Universitas OKI yang menyatakan dukungan terhadap “kolaborasi Universitas Islam Teknologi dan pemerintah Indonesia dalam menyelenggarakan sebuah seminar daring mengenai Al Quran Bahasa Isyarat”.
Menurut OKI, seminar tersebut menjadi satu langkah yang baik untuk memajukan pengajaran Mushaf Al Quran bahasa isyarat.
Organisasi tersebut turut mendorong negara-negara anggota dan badan-badan terkait untuk memajukan pengembangan Al Quran bahasa isyarat dalam rangka memastikan pendidikan agama Islam yang inklusif bagi semua, termasuk bagi penyandang disabilitas Tuli.
“Melalui pendekatan dan diplomasi multilateral di dalam sidang serta kegiatan nyata di luar sidang OKI bersama badan afiliasinya, inisiatif Indonesia dalam bentuk Mushaf Al Quran berbahasa isyarat tercatat dan didukung dalam resolusi resmi OKI,” kata Ma’ruf.
Berangkat dari pengakuan OKI melalui resolusinya, Indonesia didorong supaya menjadikan resolusi tersebut sebagai “rujukan pengembangan kerja sama peningkatan bagi para penyandang kebutuhan khusus Tuli baik di tingkat nasional dan internasional”.
Penyebaran Al Quran bahasa isyarat ini sepatutnya dilakukan melalui kolaborasi antara berbagai pemangku kepentingan dan kementerian, sehingga Mushaf tersebut bisa menjangkau semakin banyak masyarakat yang membutuhkan akses bahasa isyarat untuk membaca dan mempelajari Al Quran.
Di samping pemberdayaan, Ma’ruf juga menyoroti pentingnya pengembangan keilmuan pedagogik ataupun aspek teknis terkait Al Quran bahasa isyarat demi memastikan masyarakat Tuli di Indonesia dapat semakin mandiri dalam mendalami dan memahami agama Islam.
Al Quran bahasa isyarat menjadi salah satu kontribusi Indonesia dalam perkembangan Islam supaya lebih inklusif bagi semua Muslim, bahkan bagi mereka yang tak bisa melisankan dan hanya dapat mengisyaratkan ayat-ayatnya. Di sini lah pentingnya peran diplomasi dalam memastikan Al Quran bahasa isyarat semakin dikenal dan dimanfaatkan secara luas hingga tingkat dunia.
Ketika semakin banyak Muslimin sedunia, tak peduli kondisi fisik apapun yang mereka miliki, bisa tersentuh oleh firman Allah SWT, maka semakin teguhlah posisi Islam sebagai rahmat bagi bumi dan sekalian isinya sebagaimana yang diyakini pemeluknya.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Al Quran bahasa isyarat tak lepas dari peran diplomasi Indonesia