Jakarta (ANTARA GORONTALO) - Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia, KH Maruf
Amin, menegaskan, paham radikal dalam terorisme telah mendistorsi
nilai-nilai agama yang benar dan diinterprestasi sesuai dengan keinginan
pelaku.
Misalnya, kata dia, jihad dianggap melulu perang, padahal tidak
semua jihad adalah perang. Jihad bisa bermakna perbaikan di segala aspek
seperti sosial, budaya, politik, dan sebagainya.
"Jihad akan berarti perang jika itu dilakukan di negeri yang sedang
perang. Indonesia negara damai sehingga ayat itu tidak berlaku,"
katanya, di Jakarta, Senin.
Apalagi, kata dia, Indonesia adalah negara yang dibangun di atas kesepakatan dan perjanjian dari berbagai agama dan suku.
Karena itu, ia mengajak seluruh komponen bangsa untuk memberantas
dan melawan paham radikal terorisme. Menurutnya, radikalisme dan
terorisme muaranya menghancurkan Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI).
"NKRI adalah harga mati karena itu harus dijaga dipelihara dengan
berbagai cara dan metode," kata Maruf yang juga Rais Aam PB NU ini.
Ia mendukung langkah Badan Nasional Penanggulangan Terorisme dalam
memerangi terorisme, baik dengan pencegahan maupun penindakan.
Ia juga menggarisbawahi pencegahan melalui dunia maya karena saat
ini dunia maya menjadi alat paling efektif bagi kelompok radikal
terorisme untuk menyebarkan pahamnya.
"Pencegahan melalui dunia maya ini memang tidak mudah sehingga perlu
upaya-upaya intensif untuk menanggulangi ini. Sinergi ulama dan umara
(pemerintah) sangat penting, dan semua komponen bangsa juga harus
dilibatkan," katanya.
Paham radikal mendistorsi nilai-nilai agama
Senin, 27 Maret 2017 17:44 WIB