Gorontalo (ANTARA) - Tak jelas siapa yang memulainya, yang pasti kebiasaan ini ada jauh setelah kerajaan di Gorontalo berjaya. Mungkin saja, sudah ada sejak Gorontalo menyatu dengan Sulawesi Utara atau setelah agama Islam masuk ke Gorontalo.
Pada malam sahur pertama (1 Ramadhan), warga Gorontalo yang akan berpuasa memiliki kesibukan-kesibukan kecil yakni menyembelih ayam (malu'o) kampung.
Ayam ini bisa diambil dari kandang sendiri dan sudah dipelihara berbulan-bulan sebelumnya, atau dibeli dari pasar, pemberian tetangga yang memelihara ayam kampung, dikirim oleh sanak saudara dari desa, atau dikirim oleh sahabat maupun teman di lingkungan kerja.
Pemberian ini terasa seperti bentuk kasih sayang dari orang-orang di sekitar kita dalam menyambut ramadhan.
Waktu kecil, kami menikmati sekali momen-momen tersebut. Walaupun memotong dan memasak ayam kampung adalah hal rutin yang dilakukan mama kami untuk warung makannya, tapi momen persiapan sahur dengan ayam kampung benar-benar paling ditunggu.
Sekitar pukul 16.00, ayam akan disembelih oleh lelaki tertua dalam keluarga atau yang sudah baligh dan punya mental kuat untuk menyembelih ayam.
Lalu, mama dan beberapa orang lainnya di rumah akan merebus air untuk merendam ayam yang sudah disembelih. Cara ini memudahkan mereka mencabut bulu ayam.
Proses dilanjutkan dengan menguliti, membersihkan bagian dalam, hingga memotong dengan porsi dan ukuran tertentu. Jika untuk ayam bakar, maka potongannya dibuat lebih besar tapi jika untuk diolah menjadi goreng garo rica, kare atau sop akan dipotong lebih kecil. Membersihkan ayam juga dilakukan sambil menyiapkan bumbu-bumbu untuk memasak ayam.
Tiba saat Magrib, kami akan ke masjid dengan penuh semangat sambil sesekali bertanya "somo puasa besok?" ke oma-oma atau jamaah wanita yang sudah tua, untuk menuntaskan penasaran.
Biasanya kami tak balik ke rumah karena mau menunggu waktu shalat Isya dan Tarawih. Selepas sholat dan perjalanan kembali ke rumah, aroma rempah dan bumbu mendominasi jalanan.
Pertanda, ibu-ibu sudah mulai memasak untuk keluarganya di malam sahur pertama. Kami bisa menebak, hampir semua rumah memasak malu'o. Hanya bumbunya yang membedakan.
Meski belum waktunya sahur, kami biasanya tidak sabar makan hidangan yang disiapkan. Kami segera ambil nasi hangat, sop ayam, dan potongan dada ayam bumbu bakar balanga. Biasanya orang tua berpesan jangan banyak-banyak ambilnya, simpan buat sahur.
Sahur ayam di Gorontalo dimaknai sebagai semangat memulai ibadah puasa.
Bangun tengah malam, menyantap ikan akan terasa biasa saja bagi kami yang daerahnya berlimpah dengan hasil laut. Tapi kalau makannya ayam kampung, sesuatu yang jarang kami santap pada hari normal, akan merangsang nafsu makan sahur seisi rumah dan jadi semangat berpuasa.
Uang Ayam
Seiring berkembangnya Gorontalo, tradisi sahur ayam di daerah kami sedikit bergeser atau berubah. Sahur ayamnya tetap ada, tapi orang tak lagi harus memelihara ayam kampung, tak perlu menunggu kiriman ayam kampung, atau diberi oleh teman maupun kerabat.
Pun, sahur ayam tak harus ayam kampung lagi karena kurang lebih 20 tahun terakhir kita sudah dijejali dengan ayam negeri atau broiler yang lebih mudah diperoleh dari pasar.
Adanya perubahan dalam pemenuhan kebutuhan ayam untuk sahur, banyak pula hal positif yang berkembang. Contohnya, persediaan ayam jelang ramadhan meningkat karena banyak yang memilih berusaha ternak ayam kampung, KUB atau ayam broiler, bahkan ayam merah (ayam petelur yang tidak bertelur lagi).
Jadi yang tak punya halaman, tak punya kandang, tak lagi punya keluarga di kampung, atau bahkan tak punya teman yang memelihara ayam, tetap bisa makan sahur dengan menu ayam.
Tak hanya itu, sahur ayam bahkan melahirkan istilah uang ayam. Ya, sepertinya hanya di Gorontalo yang mengenal istilah itu.
Uang Ayam adalah bentuk lain dari Tunjangan Hari Raya (THR), tetapi diberikan di awal ramadhan agar penerimanya bisa membeli ayam atau makanan lezat lainnya untuk sahur.
Banyak instansi/lembaga, perusahaan, pengusaha yang memberi hadiah uang ayam ke tim, karyawan, mitra dan kolega saat memasuki Ramadhan. Semacam solidaritas agar semua dapat menikmati makan sahur yang istimewa, (meskipun uang ayam tak selalu digunakan untuk itu).
Ini tentu sebuah kebiasaan baik yang terbentuk dalam menyambut ramadhan, dapat THR bahkan jauh sebelum waktunya. Bersyukurlah yang punya atasan atau teman yang baik hati memberi uang ayam, karena tak semuanya bisa merasakan itu.
Nominal uang ayam juga tak melulu sama dengan harga ayam di Gorontalo. Menjelang ramadhan biasanya harga ayam melonjak. Biasanya uang ayam cukup untuk membeli satu hingga dua ekor ayam, bahkan bisa juga hanya untuk membeli kebutuhan rempah dan bumbu.
Oh ya, foto yang saya lampirkan ini adalah menu ayam kampung bakar bumbu iloni, salah satu masakan Gorontalo yang dapat menambah selera makan sahurmu.
Selamat memulai ramadhan dengan gembira yaa...
*Penulis merupakan warga desa, Pegiat Pangan Lokal, dan Pemilik Bakul Goronto.