Gorontalo, (ANTARA GORONTALO) - Bupati Gorontalo Utara, Indra Yasin, menyesalkan ulah oknum guru yang melakukan pemukulan terhadap 25 siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 7 Kwandang, di Desa Bualemo.
Menurut bupati, Kamis, guru tidak pantas menerapkan pendidikan dengan cara keras, apalagi menggunakan benda yang bisa melukai fisik siswa.
Sudah bukan zamannya lagi menerapkan kekerasan seperti itu, sebab amanah pendidikan bukan sekedar mendidik penguasaan ilmu pengetahuan namun menciptakan generasi berkualitas dan berkarakter emas.
Bupati yang pernah menjadi guru Taman Kanak-kanak (TK) dan guru Pendidikan Moral Pancasila (PMP) di Sekolah Menengah Atas (SMA) itu mengaku, menyesal masih ada guru yang bertindak keras dalam mendidik siswanya.
Sebab guru tidak hanya dituntut memiliki ilmu pengetahuan, namun harus menguasai kecerdasan emosionalnya.
"Jika guru tak mampu mengolah emosinya, akan berdampak buruk terhadap peserta didik," ujar Bupati.
Ia menegaskan, akan memberi sanksi tegas kepada oknum guru pelaku pemukulan, dan berjanji akan memperketat proses rekrutmen tenaga guru abdi agar kejadian serupa tidak terulang.
Aksi koboi pak guru berstatus guru tidak tetap (GTT) berinisial GL, terjadi Selasa (4/3) kepada 25 siswa kelas 9, akibat tidak mengikuti apel siang.
Ketua Komite Sekolah, Rahmat Lamadji menjelaskan, keterangan dari para siswa bahwa mereka tidak bisa meninggalkan ruangan kelas saat bel tanda apel berbunyi, sebab masih ada guru pengajar yang masih melanjutkan tambahan pelajaran.
Saat mereka hendak pulang, tiba-tiba GL datang dengan wajah memerah langsung menghantamkan pukulan kepada siswa menggunakan rotan.
"Mereka dipukul bergiliran di bagian paha depan, betis dan pinggang," ujar Rahmat.
Akibatnya, siswa-siswi yang rata-rata berasal dari Dusun Timbuale berjarak 2,5 kilo meter berjalan kaki, tak kuasa menahan tangisnya karena kesakitan dengan bekas pukulan memerah biru, bahkan satu orang diantaranya mengalami trauma hingga takut ke sekolah.
Pihak komite berupaya memediasi pertemuan antara orang tua, GL, koordinator pengawas pendidikan dasar Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Dikpora), agar masalah tersebut tidak menyulut emosi orang tua.
"Sementara ini, kami meminta pihak sekolah untuk belum mengizinkan GL melakukan aktivitasnya, menunggu keputusan pihak Dikpora apalagi sebagian siswa mengalami trauma pasca pemukulan tersebut," ujar Rahmat.