Gorontalo, (Antara Gorontalo) - Ratusan petani di Kabupaten Pohuwato, Provinsi Gorontalo mengaku kesulitan kembangkan hasil buah kakao, karena di daerah itu belum memiliki mesin pengolah sendiri.
"Dengan kondisi seperti itu, kami banyak menerima keluhan dari masyarakat khususnya petani kakao. Mereka menginginkan adanya mesin sendiri yang diadakan oleh pemerintah," kata Kepala Bagian Perindustrian Abd. Razak Laparaga, Sabtu.
Hingga saat ini para petani masih mengirim hasil panen ke Provinsi Sulawesi Selatan untuk diolah di sana.
Akibatnya para petani hanya bisa menerima hasil yang sudah jadi, seperti cokelat untuk dikelolah kembali menjadi bahan makanan, dan tentunya harganya sedikit meningkat.
Untuk itu kata dia, pihaknya langsung menanggapi permintaan tersebut dengan memprogramkan pengadaan mesin pengelolah hasil buah kakao.
Namun keuangan daerah tidak mempu mendanai mesin dengan hargan ratusan juta tersebut.
"Maka dari itu kami memasukan proposal ke Pemerintah Provinsi (Pemprov) Gorontalo agar bisa dibantu," ungkap Razak.
Sejauh ini kata dia, harga kakao dipasaran menembus angka Rp25 ribu/kilogram yang sudah kering.
Dan yang menjadi mayoritas dari petani kakao merupakan mereka yang berasal dari daerah transmigrasi. Karena mereka mahir dalam berkebun.
Untuk itu ia berharap agar pengadaan mesin pengolah buah kakao tersebut bisa dibantu oleh Pemprov Gorontalo, agar masyarakat di daerahnya bisa mandiri kembangkan buah kakao untuk dijadikan olahan lain.
Dan tentu hal itu bisa mengembangkan ekonomi kreatif serta bisa menanggulangi kemiskinan, karena membuka lapangan pekerjaan baru.